Jumat, 30 Januari 2015

Resensi Buku Pesawat Habibie

Pesawat Habibie is Back
(Published in the daily Rakyat Kalbar ed. 27-1-15)
Oleh: Khoirul Umam*)
Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie pernah sukses memimpin putra-putri terbaik bangsa Indonesia dalam menciptakan pesawat terbang. Pesawat terbang yang diluncurkan perdana pada tanggal 10 Agustus 1995 tersebut diberi nama Gatotkaca N-250. Pesawat murni hasil pemikiran dan buatan anak bangsa itu merupakan pesawat paling canggih dikelasnya karena dikendalikan secara elektronik (fly by wire). Indonesia pun bangga bisa menjadi negara pertama di Asean yang menciptakan pesawat terbang seperti Jerman, Perancis, dan Amerika Serikat.

Namun sayang, pesawat Gatotkaca N-250 yang pernah menjadi primadona itu kini tinggal kenangan. Krisis ekonomi pada tahun 1998 memaksa presiden Soeharto mundur sebagai presiden dan pesawat N-250 dihentikan produksinya atas desakan IMF (International Monetary Fund). Akibatnya, PT. Dirgantara Indonesia memensiunkan dini ribuan tenaga kerjanya. Habibie tidak marah, namun ia kecewa karena mimpi besarnya yang mulai terbang tinggi itu harus turun dan terhenti.
(Habibie dan N250 yang sempat menjadi primadona)

Bukan Habibie namanya jika ia larut dalam kesedihan yang mendalam. Jiwa besar Habibie membawanya untuk melihat sudut positif atas peristiwa yang terjadi. Menurutnya, perjuangan yang telah dilakukan selama ini tidak ada yang sia-sia. Setidaknya, N-250 ciptaannya menjadi bukti bahwa Indonesia mengerti cara membuat pesawat terbang komersil mulai dari A-Z.
Habibie dan timnya akan kembali berkarya dan bangkit melaksanakan perjuangan yang tertunda untuk sementara. Saat menjabat sebagai presiden pun, Habibie masih belum mampu berbuat banyak untuk N-250. “Untuk membuat lompatan besar, seseorang harus mundur beberapa langkah,” cetus Habibie sambil membenahi keadaan.
Habibie memang tidak mudah lelah, apalagi untuk dikalahkan. Diusianya yang senja kini, Presiden RI ketiga tersebut masih kuat memegang mimpi besarnya untuk menjadikan Indonesia sebagai produsen pesawat terbang. Habibie meyakini, Indonesia belum terlambat untuk memajukan industri pesawat terbang. Mengingat pesawat terbang merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi Indonesia sebagai Negara kepulauan dan naiknya permintaan pesawat terbang dari negara lain.
Tahun 2012, Habibie is back. Menjelang usia ke-80, semangat Habibie masih seperti saat ia usia 17 tahun. Menteri Negara Riset dan Teknologi era Presiden Soeharto tersebut ingin menunjukkan pada dunia, bahwa Indonesia masih mampu untuk menciptakan pesawat terbang sendiri. Di bawah bendera PT. Regio Aviasi Industri, Habibie akan membimbing anak-anak muda Indonesia merancang pesawat R-80. Ini merupakan proyek besar untuk mengembalikan kejayaan N-250, namun dengan desain dan teknologi yang baru.
Rencana Habibie merintis R-80 cukup tiga tahun saja, setelah itu giliran Ilham Akbar, putra pertama Habibie, untuk melanjutkan mimpi besar sang ayah. Jika tidak ada halangan, pesawat R-80 akan mengudara melintasi nusantara dan dunia pada tahun 2017 atau 2018. Ilham Akbar pun berkeyakinan, jika Indonesia telah mampu dan berhasil membangun industri pesawat, Indonesia juga akan mampu mendirikan industri mobil, motor, dan kereta api sendiri.
(Ilham Habibie, putra sulung Habibie, siap melanjutkan cita-cita sang ayah)

Kini, rakyat Indonesia tinggal menunggu lahirnya kembali karya besar Habibie. Calon pembeli dan pengguna pesawat R-80 pun sudah menanti. Salah satunya adalah NAM Air, anak perusahaan maskapai besar Sriwijaya Air. Chandra Lie, Presiden Direktur Sriwijaya Air memberikan komitmen dan kepercayaannya pada Habibie. Kita berharap, R-80 akan sukses mengudara. Kita tentu tak ingin pesawat yang lalu lalang di langit Indonesia adalah produk asing semua.
Perjalanan dan perjuangan Habibie dalam mengembalikan industri pesawat terbang Indonesia tersebut, tertulis dalam buku Pesawat Habibi: Sayap-sayap Mimpi Indonesia. Sang penulis, Arimbi Bimoseno, tidak hanya mengisahkan secara terkini tentang pesawat ciptaan Habibie, namun juga memperlihatkan sisi kenegarawanan sejati Habibie dan perjalanan spiritualnya. Di setiap halamannya, buku yang diterbitkan oleh Kata Media ini menghadirkan kisah inspiratif Habibie melalui tulisan dan kumpulan foto. Sangat layak untuk dibaca oleh kaum muda, khususnya pelajar dan mahasiswa agar dapat memetik semangat juang dan cinta tanah air.
Kisah cinta sejati Habibie yang romantis bersama mendiang istrinya Ainun juga terekam dengan baik. Habibie mengungkapkan bahwa sinergi positif yang ia bangun dengan Ainun selama 48 tahun 10 hari, banyak mendukung produktivitas dan meningkatkan kecerdasannya.

(Habibie dan Ainun, simbol cinta sejati)
(Salah satu pesan bijak Habibie ^ ^ )

Kini Habibie tinggal di Patra Kuningan Jakarta dan menyediakan sebagian ruangan di rumahnya untuk perpustakaan. Selain itu, ia juga memiliki rumah dengan halaman 1.5 hektar di dekat Hamburg, Jerman. Ditengah perjuangan besarnya saat ini, Habibie terus aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya di Indonesia untuk mengalirkan inspirasi kepada anak cucu intelektualnya. Habibie juga berharap ada penerusnya yang bisa meraih prestasi lebih hebat dibanding dirinya.
Bangsa Indonesia patut bersyukur dan bangga memiliki putra jenius bernama Habibie. Ia adalah maestro teknologi dunia dibidang pesawat terbang. Berkat kerja keras dan otak cerdasnya, Ia berhasil menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori penting dibidang thermodinamika, konstruksi, dan aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya yang digunakan dalam dunia pesawat terbang dikenal sebagai ‘Habibie Factor’, ‘Habibie Theorem’ dan ‘Habibie Method’. Tidak heran jika nama Habibie dikagumi dan disegani oleh dunia internasional. Ya, Habibie adalah orang Indonesia paling berpengaruh di dunia.
*Alumni Univ. Muhammadiyah Malang
Judul Buku       : Pesawat Habibie, Sayap-sayap Mimpi Indonesia
Penulis             : Arimbi Bimoseno
Penerbit           : Kata Media
Edisi                : 2014
Tebal               : iv + 380 halaman
(B.J Habibie dan Miniatur pesawatnya)