(.Anyeong
haseyong
.
.bapak en’ ibu quu terchyangkz
.
.b.d.w gi5na kabar’na pak en’ bu ?)
Bagi mereka yang gak gaul,
mungkin merasa kesulitan untuk membaca tulisan di atas. hehe
Itu adalah isi sms yang datang dari salah satu muridku mala mini (7/5),
yang saat ini sedang duduk di kelas VIII SMP Negeri 12 Malang. Mungkin, ini
adalah satu-satunya cara untuk menyambung tali silaturahim yang lama tidak
terjalin dengan salah satu murid terbaikku ini. Namanya Mayga Kiki. Aku bisa
mengenal dia karena aku pernah melaksanakan praktek pengalaman langsung (PPL)
di SMP yang berlokasi tepat di samping Univ. Kanjuruhan Malang tersebut. Jauh
memang dari kampus saya (UMM), tapi perjuangan pulang pergi mengajar di sana
tidak akan pernah lepas dari ingatanku, tentunya bersama teman-teman
seperjuangan yang setia dan saling membantu dalam kurun waktu dua bulan lamanya.
Mereka adalah Pak Donny (Biologi), Danang, Bu Fia, Riska, Bu Fitri, Bu Evi, Bu
Siti (Matkom), Pak Zaini dan bu Milda (B. Indo).
Isi sms yang aku tuliskan di atas adalah asli dari muridku langsung,
tanpa ada rekayasa sedikit pun. Dengan bahasa korea sebagai muqoddimah, ku rasa
ia ingin menunjukkan perkembangannya dalam mempelajari bahasa Korea. Mayga
memang pernah bercerita, bahwa ia senang dengan film-film Korea dan para
bintangnya yang tampan. Tidak heran jika kemudian ia ingin mempelajari bahasa
Korea. Dengan kata “tersayang”, ku rasa ia juga ingin menunjukkan rasa
kangennya, karena memang sudah lama aku tidak pernah menyapanya. He.
Di sms itu juga tertulis kata bapak en’ ibu. Tentu sms itu juga ditujukan kepada Bu Fitri, teman
se-PPL yang juga mengajar di kelas 8 C. Gak tau kenapa, lama kelamaan, para
siswa di kelas ini, termasuk Mayga, berusaha mendekatkan aku dengan bu Fitri.
Bahkan, pada kesempatan jam istirahat, Mayga pernah memaksaku untuk mengucapkan
kalimat “I Love U” dengan bahasa Korea yang ditujukan untuk bu Fitri. Hemm,
kalau guyonan anak SMP ya memang tidak jauh-jauh dari ‘c.i.n.t.a’.
Selama aku mengajar di kelas VIII C SMP Negeri 12 Malang, Mayga merupakan
salah satu murid terbaik dan berprestasi. Ia juga merupakan siswi yang manis,
tentunya dengan balutan jilbab. Siswi berjilbab adalah minoritas di SMP N 12
Malang ini. Tentu itu menambah kekagumanku terhadap Mayga, siswi yang selalu
istiqomah duduk di bangku paling depan. Pasti, itu adalah salah satu alasan
baginya agar bisa mendengarkan penjelasan guru dengan jelas dan baik. Di luar
itu, ia selalu mengatakan selalu belajar setiap malam. Belajar rutin setiap
malam sepertinya menjadi hal langka bagi kebanyakan siswa jaman sekarang.
Mayga adalah anak tunggal. Begitu informasi yang ia tulis dalam angket
studi kasus ku. Sebagai anak tunggal, aku pernah memberikan nasihat untuknya
agar menjadi anak yang sholehah. “Itu tentu pak, aku tidak akan mengecewakan
mereka (orang tua). Karena aku harapan terbesarnya, aku pasti akan
membahagiakan mereka,” begitulah kira-kira janji yang Mayga ucapkan. Di zaman
serba bebas ini, memiliki anak perempuan merupakan tugas besar orang tua untuk
menjaganya.
Di akhir silaturahim kali ini, Mayga mendoakanku. (…mogha hari” bpk
indah…) amien,...
itu yang membuat aku tersenyum, disaat sebelum aku mengawali
mimpiku malam ini..
Ini adalah foto saat kami melakukan perpisahan. Ceria semua kan? :)
ne pernah dimuat di koran lokal ya mam..??
BalasHapus