Hal
yang paling berat bagi hati ini adalah menjaga dari penyakit hati, terutama berupa
dengki, riya, dan ujub. Dengki terkadang muncul ketika kita melihat teman,
saudara, atau orang lain memperoleh kesenangan dengan apa yang ia dapat. Begitu
sebaliknya, senang melihat orang lain mendapatkan kesusahan. Astaghfirullah. Guru saya, ustad
Luqmanul Hakim menyebutnya dengan istilah SMS, Senang Melihat orang lain Susah,
dan Susah Melihat orang lain Senang. Kalau sudah begini, pikiran dan hati kita
hanya penuh dengan ketidaktenangan. Merugikan diri sendiri.
Harusnya,
sebagai teman, kerabat, ataupun saudara, kita bangga melihat orang lain senang
dan susah melihat orang lain susah. Karena Nabi Muhammad sendiri mengistilahkan
bahwa umat islam itu bagaikan satu tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh
yang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan ketidaknyamanan juga. Contohnya
aja sakit gigi, hhe.
Selanjutnya
mengenai riya dan ujub. Ini yang bisa menggerogoti nilai amal kita hingga tak
ternilai di mata Allah. Kalo dalam matematika, berapapun jumlah angkanya jika
dikalikan dengan nol, maka nilainya nol. Misalnya, jika kita melakukan sedekah
dan nilai pahala ibaratnya 1 Miliyar, namun karena kita melakukannya karena
riya, maka jumlah pahala tersebut dikalikan dengan nol, hasilnya nol alias
kosong tak ternilai di sisi Allah. Allah hanya menerima amal sholeh seorang
muslim jika niatnya ikhlas hanya karena Allah.
Dan
untuk ujub. Ini yang membahayakan umat muslim. Baru saja ibadah, lalu merasa
menjadi hamba yang terbaik, bahkan lupa dengan istighfar akan dosa-dosa
sendiri. Baru saja pulang dari kajian atau taklim, merasa lebih baik dari orang
yang duduk nongkrong di mall. Setan memang pintar untuk menjebak manusia dengan
berbagai cara, dan khusus riya dan ujub ini akan menimpa orang-orang muslim
yang rajin beribadah. Jika ujian riya lolos, maka setan akan menyerangnya
dengan sifat ujub. Nabi Muhammad sendiri mengatakan jika tidak akan masuk surga
orang yang memiliki sifat sombong, meski seberat zarrah.
Kemudian
Ghibah. Ini kebiasaan buruk dan sesungguhnya masuk dalam salah satu dosa besar.
Bayangkan aja, orang yang melakukan ghibah, diibaratkan dengan memakan bangkai
saudara sendiri. Namun, dikalangan kita, masih saja hobi melakukan, mendengar,
dan mendukung jika ada orang yang melakukan ghibah. Terus terang saja, ini
lebih sering dilakukan oleh ibu-ibu, apalagi kalo udah ketemuan atau ngumpul. Semoga
saya dan keluarga saya, begitu juga dengan seluruh keluarga teman-teman,
diampuni dan dijauhkan dari dosa ghibah ini. Menilai diri sendiri terlebih dahulu
lebih baik daripada menilai orang lain. Dosa sudah pasti dan pahala akan
berkurang.
Hal
yang paling berat bagi kita selanjutnya adalah dalam bidang muamalat, tidak
mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Ini yang menjadikan seorang
muslim terkadang tidak bisa mengatur pendapatan yang ia terima atau peroleh.
Misal, saat ini smartphone adalah sebuah kebutuhan untuk berkomunikasi dengan
kerabat, bukan sekedar Hp biasa. Namun, tipe smartphone yang mana yang akan
kita miliki itu adalah keinginan. Sebenarnya kita cukup dengan smartphone
Lenovo atau Samsung biasa. Tapi kita memaksakan untuk membeli atau memiliki
smartphone Apple, meskipun belinya sampe lewat kredit. Duh.
Mmmm,
selanjutnya apa ya? Kayaknya masih banyak. Sahabat boleh share apa aja yang
paling berat selain dari yang saya sebutkan di atas. Yakni dengki, riya, ujub,
disiplin waktu, ghibah, dan memilah antara kebutuhan dan keinginan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar